He was popular for his gritty-witty ballads accentuated on life of Indonesia's marginalized groups or political satire on the troubled Indonesian social/political scene under Soeharto. His socially aware hit-songs including: "Oemar Bakri" tells about teacher, "Lonteku" is a love story between a criminal and a prostitute, and "Wakil Rakyat" is about members of parliament.
After Reformasi movement on 1997 which leads to democratisation he was a kind of losing the edge for political satire, but his mature musical experience keeps him on Indonesian pop chart with inward-looking songs and songs about personal relationships.
Belalang Tua
Iwan Fals Lyrics
Jump to: Overall Meaning ↴ Line by Line Meaning ↴
Warnanya kuning kecoklat coklatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang kenyang
Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Kutulis syair
Tentang hati yang khawatir
Sebab menyaksikan
Akhir dari kerakusan
Belalang tua
Yang tak kenyang kenyang
Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak keatas
Matanya melotot melihatku tak senang
Kakinya mencengkram daun
Empat didepan dua dibelakang
Bergerigi tajam
Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar
Belalang tua masih saja melihat marah kearahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang
Walau hampir habis
Daun tak jadi patah
Belalang yang serakah
Berhenti mengunyah
Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang
Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
Belalang tua diujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas
Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik rintik
Aku yang menulis syair
Tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan
Kisah ini akan berakhir
Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang
Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
The lyrics of Iwan Fals's song Belalang Tua tell the story of an old grasshopper that sits at the edge of a leaf, moving back and forth in the wind while chewing constantly. The singer, observing the grasshopper's behavior, is reminded of the dangers of greed and writes a poem about the worried heart. He notes the grasshopper's voracious appetite and how it seems never to be satisfied, even as it chews and chews.
As the singer watches the grasshopper, it seems to sense his presence and stares right at him menacingly. The grasshopper's legs brace against the leaf, positioned for what feels like an attack until the wind dies down, and the leaf stops moving. The grasshopper has satiated its hunger and stops chewing, leaving behind a green-black treasure of dried excrement on the leaf. As the rain falls, the singer reflects that he doesn't know when the story will end, making peace with the restless uncertainty of life.
The lyrics of the song can be interpreted as a warning against the dangers of greed and the endless cycle of consumption that can come with it. It speaks to the idea that seeking unending pleasure does not always bring satisfaction, and ultimately, we must all learn to accept uncertainty and be content with what we have.
Line by Line Meaning
Belalang tua diujung daun
An old grasshopper sitting at the tip of a leaf
Warnanya kuning kecoklat coklatan
Its color is a mix of yellow and brown
Badannya bergoyang ditiup angin
Its body sways as the wind blows
Mulutnya terus saja mengunyah
Its mouth keeps on chewing
Tak kenyang kenyang
But never satisfies its hunger
Sudut mata kananku tak sengaja
Accidentally noticed from the corner of my right eye
Melihat belalang tua yang rakus
Watching the greedy old grasshopper
Sambil menghisap dalam rokokku
While puffing on my cigarette
Kutulis syair
I wrote a poem
Tentang hati yang khawatir
About a worried heart
Sebab menyaksikan
Seeing it for myself
Akhir dari kerakusan
The end of greediness
Belalang tua
The old grasshopper
Yang tak kenyang kenyang
Never satisfied its hunger
Seperti sadar kuperhatikan
As if it realized, I observed
Ia berhenti mengunyah
It stopped chewing
Kepalanya mendongak keatas
Its head tilted upward
Matanya melotot melihatku tak senang
Its eyes glared at me, looking displeased
Kakinya mencengkram daun
Its legs clamped on the leaf
Empat didepan dua dibelakang
Four legs in front, and two at the back
Bergerigi tajam
Sharp and jagged
Sungutnya masih gagah menusuk langit
Its antenna still stood tall, piercing the sky
Berfungsi sebagai radar
Functioning like a radar
Belalang tua masih saja melihat marah kearahku
The old grasshopper still glared at me with anger
Aku menjadi grogi dibuatnya
It made me nervous
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
I don't know what it was thinking
Tiba tiba angin berhenti mendesir
Suddenly, the wind stopped whistling
Daun pun berhenti bergoyang
The leaf also stopped swaying
Walau hampir habis
Despite almost running out
Daun tak jadi patah
The leaf didn't break
Belalang yang serakah
The greedy grasshopper
Berhenti mengunyah
Stopped chewing
Kisah belalang tua diujung daun
A story of the old grasshopper at the tip of a leaf
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Almost falling, but didn't fall
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
A story of the old grasshopper that stopped chewing
Sebab kubilang tak kenyang kenyang
Because I told it that it never satisfies its hunger
Yang kakinya berjumlah enam
That has six legs
Sebab kubilang kamu serakah
Because I called it greedy
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Leaving its treasure calmly
Warnanya hijau kehitam hitaman
Its color is green with some blackish spots
Berserat berlendir
Its body is slimy and sticky
Bulat lonjong sebesar biji kapas
Its shape is round and elongated, like a cotton seed
Angin yang berhenti mendesir
The wind that stopped whistling
Digantikan hujan rintik rintik
Replaced by drizzling rain
Aku yang menulis syair
I who wrote the poem
Tak tahu kapan
Don't know when
Kisah ini akan berakhir
This story will end
Contributed by Sarah T. Suggest a correction in the comments below.
MaSecret Secret
Belalang tua di ujung daun
Warnanya kuning kecokelat-cokelatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang-kenyang
Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair tentang hati yang khawatir
Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan
Belalang tua yang tak kenyang-kenyang
Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak ke atas
Matanya melotot melihatku tak senang
Kakinya mencengkeram daun
Empat di depan dua di belakang
Bergerigi tajam
Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar
Belalang tua masih saja melihat marah ke arahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba-tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang
Walau hampir habis daun tak jadi patah
Belalang yang serakah berhenti mengunyah
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
Belalang tua di ujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam-hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas
Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik-rintik
Aku yang menulis syair tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
MaSecret Secret
Belalang tua di ujung daun
Warnanya kuning kecokelat-cokelatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang-kenyang
Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair tentang hati yang khawatir
Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan
Belalang tua yang tak kenyang-kenyang
Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak ke atas
Matanya melotot melihatku tak senang
Kakinya mencengkeram daun
Empat di depan dua di belakang
Bergerigi tajam
Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar
Belalang tua masih saja melihat marah ke arahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba-tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang
Walau hampir habis daun tak jadi patah
Belalang yang serakah berhenti mengunyah
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
Belalang tua di ujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam-hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas
Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik-rintik
Aku yang menulis syair tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
Edwin Apollo
Hebat bang iwan fals,keren & mentereng perjuangan 1978 sampai saat ini tetap exsis hahahaha semangat abang kereeeen !
Hendra Agueezer
Lagu pintar....nada..irama...aransemen..vocal......ajaib!!
Gunawan 321
Lanjutkan bang iwan semoga selalu diberi kesehatan dan dipermudahankan didalam segala hal oleh allah swt..
CV PRATAMA SAFETY / APAR SUPPLY
Lagu ini menggambarkan penghujung zaman orde baru saat reformasi 1998. Tentang akhir kerakusan rezim saat itu. Tapi dikemas dengan bahasa yg sangat indah oleh Iwan Fals.
Teh Aqilla 17
Gua sutuju pendapat lho
Cata Leya
Saiki piye
kasno Ardiansyah
Mantabbb
hrp akhmar
dualisme makna :)
RACHMAN HIDAYAT
Piye penak zamanku to ,
Setuju