Belalang Tua
Iwan Fals Lyrics


Jump to: Overall Meaning ↴  Line by Line Meaning ↴

Belalang tua diujung daun
Warnanya kuning kecoklat coklatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang kenyang

Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair
Tentang hati yang khawatir

Sebab menyaksikan
Akhir dari kerakusan
Belalang tua
Yang tak kenyang kenyang

Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak keatas
Matanya melotot melihatku tak senang

Kakinya mencengkram daun
Empat didepan dua dibelakang
Bergerigi tajam

Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar

Belalang tua masih saja melihat marah kearahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang

Walau hampir habis
Daun tak jadi patah
Belalang yang serakah
Berhenti mengunyah

Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang

Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Belalang tua diujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas

Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik rintik

Aku yang menulis syair
Tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan
Kisah ini akan berakhir

Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang

Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam




Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Overall Meaning

The lyrics of Iwan Fals's song Belalang Tua tell the story of an old grasshopper that sits at the edge of a leaf, moving back and forth in the wind while chewing constantly. The singer, observing the grasshopper's behavior, is reminded of the dangers of greed and writes a poem about the worried heart. He notes the grasshopper's voracious appetite and how it seems never to be satisfied, even as it chews and chews.


As the singer watches the grasshopper, it seems to sense his presence and stares right at him menacingly. The grasshopper's legs brace against the leaf, positioned for what feels like an attack until the wind dies down, and the leaf stops moving. The grasshopper has satiated its hunger and stops chewing, leaving behind a green-black treasure of dried excrement on the leaf. As the rain falls, the singer reflects that he doesn't know when the story will end, making peace with the restless uncertainty of life.


The lyrics of the song can be interpreted as a warning against the dangers of greed and the endless cycle of consumption that can come with it. It speaks to the idea that seeking unending pleasure does not always bring satisfaction, and ultimately, we must all learn to accept uncertainty and be content with what we have.


Line by Line Meaning

Belalang tua diujung daun
An old grasshopper sitting at the tip of a leaf


Warnanya kuning kecoklat coklatan
Its color is a mix of yellow and brown


Badannya bergoyang ditiup angin
Its body sways as the wind blows


Mulutnya terus saja mengunyah
Its mouth keeps on chewing


Tak kenyang kenyang
But never satisfies its hunger


Sudut mata kananku tak sengaja
Accidentally noticed from the corner of my right eye


Melihat belalang tua yang rakus
Watching the greedy old grasshopper


Sambil menghisap dalam rokokku
While puffing on my cigarette


Kutulis syair
I wrote a poem


Tentang hati yang khawatir
About a worried heart


Sebab menyaksikan
Seeing it for myself


Akhir dari kerakusan
The end of greediness


Belalang tua
The old grasshopper


Yang tak kenyang kenyang
Never satisfied its hunger


Seperti sadar kuperhatikan
As if it realized, I observed


Ia berhenti mengunyah
It stopped chewing


Kepalanya mendongak keatas
Its head tilted upward


Matanya melotot melihatku tak senang
Its eyes glared at me, looking displeased


Kakinya mencengkram daun
Its legs clamped on the leaf


Empat didepan dua dibelakang
Four legs in front, and two at the back


Bergerigi tajam
Sharp and jagged


Sungutnya masih gagah menusuk langit
Its antenna still stood tall, piercing the sky


Berfungsi sebagai radar
Functioning like a radar


Belalang tua masih saja melihat marah kearahku
The old grasshopper still glared at me with anger


Aku menjadi grogi dibuatnya
It made me nervous


Aku tak tahu apa yang dipikirkan
I don't know what it was thinking


Tiba tiba angin berhenti mendesir
Suddenly, the wind stopped whistling


Daun pun berhenti bergoyang
The leaf also stopped swaying


Walau hampir habis
Despite almost running out


Daun tak jadi patah
The leaf didn't break


Belalang yang serakah
The greedy grasshopper


Berhenti mengunyah
Stopped chewing


Kisah belalang tua diujung daun
A story of the old grasshopper at the tip of a leaf


Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Almost falling, but didn't fall


Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
A story of the old grasshopper that stopped chewing


Sebab kubilang tak kenyang kenyang
Because I told it that it never satisfies its hunger


Yang kakinya berjumlah enam
That has six legs


Sebab kubilang kamu serakah
Because I called it greedy


Dengan tenang meninggalkan harta karun
Leaving its treasure calmly


Warnanya hijau kehitam hitaman
Its color is green with some blackish spots


Berserat berlendir
Its body is slimy and sticky


Bulat lonjong sebesar biji kapas
Its shape is round and elongated, like a cotton seed


Angin yang berhenti mendesir
The wind that stopped whistling


Digantikan hujan rintik rintik
Replaced by drizzling rain


Aku yang menulis syair
I who wrote the poem


Tak tahu kapan
Don't know when


Kisah ini akan berakhir
This story will end




Contributed by Sarah T. Suggest a correction in the comments below.
To comment on or correct specific content, highlight it

Genre not found
Artist not found
Album not found
Song not found
Most interesting comment from YouTube:

MaSecret Secret

Belalang tua di ujung daun
Warnanya kuning kecokelat-cokelatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang-kenyang

Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair tentang hati yang khawatir

Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan
Belalang tua yang tak kenyang-kenyang

Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak ke atas
Matanya melotot melihatku tak senang
Kakinya mencengkeram daun
Empat di depan dua di belakang
Bergerigi tajam

Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar

Belalang tua masih saja melihat marah ke arahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba-tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang

Walau hampir habis daun tak jadi patah
Belalang yang serakah berhenti mengunyah

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Belalang tua di ujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam-hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas

Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik-rintik

Aku yang menulis syair tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah



All comments from YouTube:

MaSecret Secret

Belalang tua di ujung daun
Warnanya kuning kecokelat-cokelatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang-kenyang

Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair tentang hati yang khawatir

Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan
Belalang tua yang tak kenyang-kenyang

Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak ke atas
Matanya melotot melihatku tak senang
Kakinya mencengkeram daun
Empat di depan dua di belakang
Bergerigi tajam

Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar

Belalang tua masih saja melihat marah ke arahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba-tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang

Walau hampir habis daun tak jadi patah
Belalang yang serakah berhenti mengunyah

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Belalang tua di ujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam-hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas

Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik-rintik

Aku yang menulis syair tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Edwin Apollo

Hebat bang iwan fals,keren & mentereng perjuangan 1978 sampai saat ini tetap exsis hahahaha semangat abang kereeeen !

Hendra Agueezer

Lagu pintar....nada..irama...aransemen..vocal......ajaib!!

Gunawan 321

Lanjutkan bang iwan semoga selalu diberi kesehatan dan dipermudahankan didalam segala hal oleh allah swt..

CV PRATAMA SAFETY / APAR SUPPLY

Lagu ini menggambarkan penghujung zaman orde baru saat reformasi 1998. Tentang akhir kerakusan rezim saat itu. Tapi dikemas dengan bahasa yg sangat indah oleh Iwan Fals.

Teh Aqilla 17

Gua sutuju pendapat lho

Cata Leya

Saiki piye

kasno Ardiansyah

Mantabbb

hrp akhmar

dualisme makna :)

RACHMAN HIDAYAT

Piye penak zamanku to ,
Setuju

5 More Replies...
More Comments

More Versions