Kemarau
New Rollies Lyrics


Jump to: Overall Meaning ↴  Line by Line Meaning ↴

Panas nian kemarau ini
Rumput-rumput pun merintih sedih
Rebah, tak berdaya di terik sang surya
Bagaikan dalam neraka

Curah hujan yang dinanti-nanti
Tiada juga datang menitik
Kering dan gersang menerpa bumi
Yang panas bagai dalam neraka

Mengapa (mengapa), mengapa hutanku hilang
Dan tak pernah tumbuh lagi?
Mengapa (mengapa), mengapa hutanku hilang
Dan tak pernah tumbuh lagi?

Curah hujan yang dinanti-nanti
Tiada juga datang menitik
Kering dan gersang menerpa bumi
Yang panas bagai dalam neraka

Mengapa (mengapa), mengapa hutanku hilang
Dan tak pernah tumbuh lagi?





Mengapa (mengapa), mengapa hutanku hilang
Dan tak pernah tumbuh lagi?

Overall Meaning

The song Kemarau by New Rollies is a poignant reflection on the impact of drought on nature. The opening lines, "Panas nian kemarau ini, Rumput-rumput pun merintih sedih," set the tone for the rest of the song. The scorching heat of the drought has made the grass wither and cry out in sadness. The lyrics continue to paint a bleak picture of the barren land, where everything is powerless in the face of the unforgiving sun. The desolation is compared to hell, with the line "Bagaikan dalam neraka" adding to the overall feeling of despair.


The chorus of the song is a lament for the lost jungle. The repetition of the question "Mengapa hutanku hilang dan tak pernah tumbuh lagi?" (Why did my jungle disappear and never grow back?) drives home the message that human destruction has left the land helpless in the face of the drought. The contrast between the beauty of the jungle and the bleakness of the drought-stricken land is palpable in the lyrics.


Line by Line Meaning

Panas nian kemarau ini
This drought is scorching hot


Rumput-rumput pun merintih sedih
Even the grass is crying out in sorrow


Rebah, tak berdaya di terik sang surya
Lying helpless under the blazing sun


Bagaikan dalam neraka
It feels like being in hell


Curah hujan yang dinanti-nanti
The much-awaited rain


Tiada juga datang menitik
Has yet to fall a single drop


Kering dan gersang menerpa bumi
The dryness and aridity are hitting the earth hard


Yang panas bagai dalam neraka
Making it as hot as hell


Mengapa (mengapa), mengapa hutanku hilang
Why (oh why), why did my forest disappear


Dan tak pernah tumbuh lagi?
And never grow again?


Mengapa (mengapa), mengapa hutanku hilang
Why (oh why), why did my forest disappear


Dan tak pernah tumbuh lagi?
And never grow again?


Curah hujan yang dinanti-nanti
The much-awaited rain


Tiada juga datang menitik
Has yet to fall a single drop


Kering dan gersang menerpa bumi
The dryness and aridity are hitting the earth hard


Yang panas bagai dalam neraka
Making it as hot as hell


Mengapa (mengapa), mengapa hutanku hilang
Why (oh why), why did my forest disappear


Dan tak pernah tumbuh lagi?
And never grow again?


Mengapa (mengapa), mengapa hutanku hilang
Why (oh why), why did my forest disappear


Dan tak pernah tumbuh lagi?
And never grow again?




Writer(s): Julius Frank Tekol, Anton Tirto

Contributed by Joseph D. Suggest a correction in the comments below.
To comment on or correct specific content, highlight it

Genre not found
Artist not found
Album not found
Song not found
Most interesting comment from YouTube:

@krisnawicaksono3236

Lirik
Panas nian kemarau ini
rumput-rumput pun merintih sedih
Resah tak berdaya
di terik sang surya
bagaikan dalam neraka

Curah hujan yang dinanti-nanti
tiada juga datang menitik
Kering dan gersang menerpa bumi
yang panas bagai dalam neraka

Mengapa, mengapa hutanku hilang
dan tak pernah tumbuh lagi
Mengapa, mengapa hutanku hilang
dan tak pernah tumbuh lagi



All comments from YouTube:

@krisnawicaksono3236

Lirik
Panas nian kemarau ini
rumput-rumput pun merintih sedih
Resah tak berdaya
di terik sang surya
bagaikan dalam neraka

Curah hujan yang dinanti-nanti
tiada juga datang menitik
Kering dan gersang menerpa bumi
yang panas bagai dalam neraka

Mengapa, mengapa hutanku hilang
dan tak pernah tumbuh lagi
Mengapa, mengapa hutanku hilang
dan tak pernah tumbuh lagi

@MrApikSon

Ini lagu saya pas TK sampe SD (79-80) ...kalo nonton TVRI acara bertema lingkungan hidup (lupa nama acaranya)....dgn animasi piala Kalpataru (aka piala lingkungan hidup). Mantep deh...basss nya apalagi...

@muhammadnur8397

Nah iya... Benar... Saya akrab sama lagu ini gegara acara TVRI tsb. Ada yg ingat nama acaranya?

@Sardan0902

@@muhammadnur8397acara lingkungan hidup, pembawa acara nya kalo gk salah Bapak Prof. Dr. Emil Salim πŸ˜…

@pipiniswara9969

Mengenal Lingkungan​@@muhammadnur8397

@TheVoda08

Lagu ini pernah dapat penghargaan kalpataru (kalau nggak salah). Dan sampai sekarang pun, jarang ada lagu bertema alam seperti ini

@MrAdpran

Memang nggak salah. Lagu "Kemarau" dapat penghargaan Kalpataru tahun 1979.

@sahroni6929

MrAdpran K(kupat tahu kali brooo

@bociboci2058

+Sah Roni bodoranna garing sateh

@MrAdpran

+Boci Boci Lila teuing kapoe eta teh.

More Comments

More Versions