He was popular for his gritty-witty ballads accentuated on life of Indonesia's marginalized groups or political satire on the troubled Indonesian social/political scene under Soeharto. His socially aware hit-songs including: "Oemar Bakri" tells about teacher, "Lonteku" is a love story between a criminal and a prostitute, and "Wakil Rakyat" is about members of parliament.
After Reformasi movement on 1997 which leads to democratisation he was a kind of losing the edge for political satire, but his mature musical experience keeps him on Indonesian pop chart with inward-looking songs and songs about personal relationships.
Pulang Kerja
Iwan Fals Lyrics
Jump to: Overall Meaning ↴ Line by Line Meaning ↴
Tikus salju dan harimau kumbang berwarna cokelat
Mereka berkelahi untuk kehidupan
Yang aku rasakan adalah keseimbangan
Kucing hutan lari karena kalah berkelahi
Ibu berang-berang pulang ke rumah
Kucing hutan bertemu tikus salju
Karena lapar kucing hutan menerkam tikus salju
Tikus salju malah mendapatkan teman
Kucing hutan yang gagal-gagal lagi
Tikus salju biasa saja sudah nasibnya selamat
Dari balik bukit di kaki cemara
Aku melihat mulut harimau berlumuran darah
Kucing hutan yang gagal ia terkapar
Akhirnya mati
Sudah takdir harimau mendatangi berang-berang
Tetapi berang-berang sudah pulang
Sementara tikus salju entah pergi ke mana
Harimau itu kesepian
Aku terkesima
Aku terkesima
Aku terkesima
Terkesima
Duhai langit
Duhai bumi
Duhai alam raya
Kuserahkan ragaku padamu
Duhai ada
Duhai tiada
Duhai cinta
Kupercaya
The lyrics of Iwan Fals's song Pulang Kerja describe a scene from nature where different animals are fighting for survival. The lyrics mention a mother and baby civet cat, a snow mouse, a brown beetle tiger, and a hungry forest cat. These animals fight and compete with each other for food and territory, and the singer feels that this is the natural balance of life. However, the singer also witnesses the death of some of the animals, including the forest cat who failed multiple times and the defeated civet cat.
The song’s deep meaning suggests the harshness of life in the wild kingdom, where only the strongest and the fittest can survive. The animals are fighting for survival and even though it might seem brutal, it is still the natural balance of life. Lyrics also reflect the role of humans and the impact that they have on nature. Humans can learn from nature and the animals that live in it. The end of the song is more of a prayer, where the singer submits himself to the forces of the universe, asking for guidance and to teach him how to trust in the forces of the universe.
Line by Line Meaning
Kucing hutan ibu dan anak berang-berang
A mother and her young ones of forest cats
Tikus salju dan harimau kumbang berwarna cokelat
Snow mice and a brown-colored beetle tiger
Mereka berkelahi untuk kehidupan
Fighting for survival
Yang aku rasakan adalah keseimbangan
What I feel is balance
Kucing hutan lari karena kalah berkelahi
The forest cat runs for losing in a fight
Ibu berang-berang pulang ke rumah
The mother beaver returns home
Kucing hutan bertemu tikus salju
The forest cat meets the snow mouse
Ibu berang-berang bercanda dengan anak-anaknya
The mother beaver jokes with her children
Karena lapar kucing hutan menerkam tikus salju
Due to hunger, the forest cat attacks the snow mouse
Tikus salju malah mendapatkan teman
The snow mouse actually gains a friend
Kucing hutan yang gagal-gagal lagi
The forest cat that keeps on failing
Tikus salju biasa saja sudah nasibnya selamat
The snow mouse, being ordinary, already has a chance to survive
Dari balik bukit di kaki cemara
From behind the hill under the pine tree
Aku melihat mulut harimau berlumuran darah
I see the mouth of the bloody tiger
Kucing hutan yang gagal ia terkapar
The failed forest cat lies still
Akhirnya mati
Finally dies
Sudah takdir harimau mendatangi berang-berang
It's the tiger's fate to encounter the beaver
Tetapi berang-berang sudah pulang
But the beaver has already gone home
Sementara tikus salju entah pergi ke mana
Meanwhile, the snow mouse goes somewhere unknown
Harimau itu kesepian
The tiger is lonely
Aku terkesima
I am amazed
Aku terkesima
I am amazed
Aku terkesima
I am amazed
Terkesima
Amazed
Duhai langit
Oh, sky
Duhai bumi
Oh, earth
Duhai alam raya
Oh, universe
Kuserahkan ragaku padamu
I entrust my body to you
Duhai ada
Oh, existence
Duhai tiada
Oh, non-existence
Duhai cinta
Oh, love
Kupercaya
I believe
Contributed by Violet P. Suggest a correction in the comments below.
@ekarestufauzi8531
Album: Cikal (1991)
Diantara gemerlap dan hingar bingarnya Swami Kantata dan sebelumnya album Mata Dewa, terseliplah album Cikal, mengapa disebut terselip? karena album ini sendiri di rilis di tengah keberadaan album album super group tersebut, seakan akan ia terselip diantara lainnya. Pada periode itu, orang orang masih terlena dan hangat membicarakan lagu super hits macam Mata Dewa, Bento, Bongkar, Nyanyian Jiwa, Kesaksian dll. Album ini bisa juga disebut minor, baik minor pemberitaan tentang album ini, juga minor Iwan Fals tampil dengan formasi pendukung musik dalam album ini, belum lagi minor dalam hal musik dan juga liriknya, plus minor pula label yang mengedarkan album ini. Meskipun penuh dengan keminoran, para pendukung musiknya sangat tidak main main, mumpuni pada bidangnya masing masing seperti Mates, Gilang Ramadhan, Embong Raharjo dan tentu saja Totok Tewel.
Untuk musiknya mungkin saja orang kala itu berfikir bahwa album ini seperti Swami Kantata atau Mata Dewa, bisa juga berharap seperti album 1910 atau era Musica lama, ternyata tidak, sangat jauh berbeda dari album album sebelumnya, di sini unsur jazz bercampur rock berisik, perkusi dan bermacam macam suara lainnya bergabung menjadi satu, atau nama kerennya mungkin bisa disebut 'Progressive Jazz Rock'. Sepertinya Iwan Fals berusaha mengeksplor ranah musiknya ke tempat yang lebih luas lagi. Begitu juga pada urusan lirik, beberapa lagu di album ini liriknya di buat oleh Mahesa Ibrahim teman lama Iwan Fals. Liriknya ibarat sebuah aliran seni lukis Surealisme, tidak secara gamblang bercerita, bermain dengan kata kata kiasan dan butuh kajian yang lebih mendalam untuk memahaminya. Bisa jadi ini adalah album pelepasan Iwan Fals karena banyaknya ide di dalam kepalanya yang tak bisa di salurkan kedalam group Kantata maupun Swami yang berisi orang orang hebat di bidangnya masing masing dan tentu saja tidak bisa menampung seluruh ide dari masing masing personilnya.
Begitulah, cerita selanjutnya saat album ini di rilis kala itu, ia kurang mendapat respon dari penggemar yang tidak siap menghadapi perubahan sang idola, kehadiran album tersebut disambut dengan dingin, termasuk admin yang pertama kali menikmati album ini terasa sangat asing dan berkomentar ''Koq musiknya ughal - ughalan gini yah...'' begitu kata hati saya kala itu. Jujur, awalnya sangat sulit menerima, shock dan tidak percaya bahwa ini adalah musik yang dihasilkan oleh seorang Iwan Fals, seperti tidak mengenali lagi bahwa itu adalah orang yang sama yang menghasilkan lagu hits macam Pesawat Tempur, Air Mata Api ataupun Bento Bongkar. Saat itu nasib album ini bisa ditebak, meskipun nama Iwan Fals sedang mentereng, angka penjualan abum merosot tajam. Tak banyak yang menyoroti kehadiran album ini termasuk media, jika pun ada media yang meliput, pasti memilih album lain macam Swami volume kedua yang baru saja dirilis sebelum album ini sebagai bahan untuk dinaikkan, akhirnya album ini begitu mudah untuk dilupakan dan tutup buku.
Cerita diatas belum berakhir, itu adalah kesan pertama yang admin rasakan dengan album ini, setelah lama terbiarkan dan kemudian mencoba mendengarkan kembali album ini, admin menemukan hal hal yang luar biasa, dahulu tidak suka kemudian berbalik arah. Album ini menjadi salah satu playlist favorit dan tidak bosan untuk berulang mendengarkannya, disana sini penuh dengan kerumitan dan kemegahan, baik dalam hal simbolisasi lirik maupun inovasi aransemen musik didalamnya, album ini dipastikan melampaui jamannya, bahkan sekarang pun Iwan Fals sendiri tak mungkin kembali mengulangi era kegilaan ini. Sebuah karya idealis yang tidak memikirkan pasar atau bahkan sikap penggemar. Dahulu album ini diabaikan namun kemudian kembali diburu untuk disimak bait demi bait, nada demi nada.
Album ini seiring berjalannya waktu, menjadi salah satu karya master piece milik Iwan Fals yang selalu mencoba untuk menciptakan inovasi baru pada setiap albumnya, ia tidak puas dengan satu genre musik dan dipastikan akan mencoba genre lainnya. Hasilnya tentu ada yang berhasil dan ada yang tidak menurut berbagai sudut perspektif seperti pasar dan penggemar, tetapi untuk perspektif Iwan Fals sendiri, bisa jadi album Cikal ini adalah sukses besar.
NOTE: Untuk rilisan CD ini, sangat disayangkan sound yang dihasilkan kurang bagus, banyak noise dan tidak jernih, padahal ini adalah satu satunya rilisan resmi yang dirilis hingga saat ini. Mungkin saja karena master asli sudah tidak ada lagi atau proses pengerjaan yang terburu buru. Hal yang sangat mengganggu berikutnya adalah cover dalam sangat memprihatinkan, hanya berisi selembar kertas saja dan tak mencerminkan bahwa ini adalah album original. Saran yang lebih bagus mungkin membeli kaset rilisan awalnya, tak lain karena kualitas kasetnya sangat bagus, kemudian di convert menjadi file digital seperti format Mp3 untuk mendapatkan file lagu dengan kualitas terbaik.
@ekarestufauzi8531
Album: Cikal (1991)
Diantara gemerlap dan hingar bingarnya Swami Kantata dan sebelumnya album Mata Dewa, terseliplah album Cikal, mengapa disebut terselip? karena album ini sendiri di rilis di tengah keberadaan album album super group tersebut, seakan akan ia terselip diantara lainnya. Pada periode itu, orang orang masih terlena dan hangat membicarakan lagu super hits macam Mata Dewa, Bento, Bongkar, Nyanyian Jiwa, Kesaksian dll. Album ini bisa juga disebut minor, baik minor pemberitaan tentang album ini, juga minor Iwan Fals tampil dengan formasi pendukung musik dalam album ini, belum lagi minor dalam hal musik dan juga liriknya, plus minor pula label yang mengedarkan album ini. Meskipun penuh dengan keminoran, para pendukung musiknya sangat tidak main main, mumpuni pada bidangnya masing masing seperti Mates, Gilang Ramadhan, Embong Raharjo dan tentu saja Totok Tewel.
Untuk musiknya mungkin saja orang kala itu berfikir bahwa album ini seperti Swami Kantata atau Mata Dewa, bisa juga berharap seperti album 1910 atau era Musica lama, ternyata tidak, sangat jauh berbeda dari album album sebelumnya, di sini unsur jazz bercampur rock berisik, perkusi dan bermacam macam suara lainnya bergabung menjadi satu, atau nama kerennya mungkin bisa disebut 'Progressive Jazz Rock'. Sepertinya Iwan Fals berusaha mengeksplor ranah musiknya ke tempat yang lebih luas lagi. Begitu juga pada urusan lirik, beberapa lagu di album ini liriknya di buat oleh Mahesa Ibrahim teman lama Iwan Fals. Liriknya ibarat sebuah aliran seni lukis Surealisme, tidak secara gamblang bercerita, bermain dengan kata kata kiasan dan butuh kajian yang lebih mendalam untuk memahaminya. Bisa jadi ini adalah album pelepasan Iwan Fals karena banyaknya ide di dalam kepalanya yang tak bisa di salurkan kedalam group Kantata maupun Swami yang berisi orang orang hebat di bidangnya masing masing dan tentu saja tidak bisa menampung seluruh ide dari masing masing personilnya.
Begitulah, cerita selanjutnya saat album ini di rilis kala itu, ia kurang mendapat respon dari penggemar yang tidak siap menghadapi perubahan sang idola, kehadiran album tersebut disambut dengan dingin, termasuk admin yang pertama kali menikmati album ini terasa sangat asing dan berkomentar ''Koq musiknya ughal - ughalan gini yah...'' begitu kata hati saya kala itu. Jujur, awalnya sangat sulit menerima, shock dan tidak percaya bahwa ini adalah musik yang dihasilkan oleh seorang Iwan Fals, seperti tidak mengenali lagi bahwa itu adalah orang yang sama yang menghasilkan lagu hits macam Pesawat Tempur, Air Mata Api ataupun Bento Bongkar. Saat itu nasib album ini bisa ditebak, meskipun nama Iwan Fals sedang mentereng, angka penjualan abum merosot tajam. Tak banyak yang menyoroti kehadiran album ini termasuk media, jika pun ada media yang meliput, pasti memilih album lain macam Swami volume kedua yang baru saja dirilis sebelum album ini sebagai bahan untuk dinaikkan, akhirnya album ini begitu mudah untuk dilupakan dan tutup buku.
Cerita diatas belum berakhir, itu adalah kesan pertama yang admin rasakan dengan album ini, setelah lama terbiarkan dan kemudian mencoba mendengarkan kembali album ini, admin menemukan hal hal yang luar biasa, dahulu tidak suka kemudian berbalik arah. Album ini menjadi salah satu playlist favorit dan tidak bosan untuk berulang mendengarkannya, disana sini penuh dengan kerumitan dan kemegahan, baik dalam hal simbolisasi lirik maupun inovasi aransemen musik didalamnya, album ini dipastikan melampaui jamannya, bahkan sekarang pun Iwan Fals sendiri tak mungkin kembali mengulangi era kegilaan ini. Sebuah karya idealis yang tidak memikirkan pasar atau bahkan sikap penggemar. Dahulu album ini diabaikan namun kemudian kembali diburu untuk disimak bait demi bait, nada demi nada.
Album ini seiring berjalannya waktu, menjadi salah satu karya master piece milik Iwan Fals yang selalu mencoba untuk menciptakan inovasi baru pada setiap albumnya, ia tidak puas dengan satu genre musik dan dipastikan akan mencoba genre lainnya. Hasilnya tentu ada yang berhasil dan ada yang tidak menurut berbagai sudut perspektif seperti pasar dan penggemar, tetapi untuk perspektif Iwan Fals sendiri, bisa jadi album Cikal ini adalah sukses besar.
NOTE: Untuk rilisan CD ini, sangat disayangkan sound yang dihasilkan kurang bagus, banyak noise dan tidak jernih, padahal ini adalah satu satunya rilisan resmi yang dirilis hingga saat ini. Mungkin saja karena master asli sudah tidak ada lagi atau proses pengerjaan yang terburu buru. Hal yang sangat mengganggu berikutnya adalah cover dalam sangat memprihatinkan, hanya berisi selembar kertas saja dan tak mencerminkan bahwa ini adalah album original. Saran yang lebih bagus mungkin membeli kaset rilisan awalnya, tak lain karena kualitas kasetnya sangat bagus, kemudian di convert menjadi file digital seperti format Mp3 untuk mendapatkan file lagu dengan kualitas terbaik.
@yonyono3972
Setuju.....pertama beli dan mendengarkan lagu ini rasanya koq gimana gitu, tapi seiring waktu berjalan hingga sampai saat ini malah album ini yang sering saya putar. Aransemennya berbeda dari album2 lainnya begitupun liriknya.
@dcovers6682
Mungkin jika kita membandingkan album Cikal ini dgn album Sgt Papers & Lonely Heart Club nya The Beatles ( yg menurut para kritikus musik disebut sbg album terbaik mereka), ada kemiripan dlm proses kreasi. Thema yg sangat personal dan absurd karena pengaruh kehadiran anak2 mereka Cikal - Iwan Fals / julian - John Lennon. Pikiran kanak2 & gambar tangan Cikal menjadi inspirasi karya bapaknya, begitu juga dlm lagu Lucy in the sky with diamond (LSD) John Lennon terinspirasi dari gambar anaknya. Ada paralel dgn dunia seni rupa ketika Pablo Picasso terpengaruh oleh gambar2 Paul kecil anaknya, yang merubah style cubism menjadi naif dimana deformasi bentuk menjadi lebih liar/bebas. Gaya tersebut yg kemudian oleh Picasso terus dieksplorasi hingga akhir hidupnya.
@hatetomissyou5534
Gwa baca ampek poll... wk... tq bro... salam oi...
@bimaputra370
ada satu lagi album bang Iwan yang kurang menggigit.Album HIJAU kayanya album kurang di respon penggemar bang Iwan.entah musiknya atau lyriknya mungkin.tapi ada yang lebih unik dan menarik.mungkin waktu itu di bilang aneh.tapi itu terobosan baru dalam rangka launching Album MATA DEWA kalo nggak salah th 1988.yaitu melalui pos giro.jadi tidak di toko kaset seperti biasanya.tapi ternyata lebih dahsyat penjualannya.malah pada Anugrah Musik Indonesia jadi Album terbaik th 1990.termasuk terbaik versi majalah Billboard Indonesia.
@dajjalalmasikh5006
Album cikal,album hijau dan album orang gila sepaket lah...sama2 ada unsur jazz nya,simak aja
@bimbobim1888
Dari pada lgu sekarang kaya kacang goreng. Enak lgu lama masih tetap di denger lagu dari bang iwan fals sang legendaris.dan slank nicky satria. God bless
@anggianggi1321
Lagu ini mengajar kan ku hidup harus hati hati.
Karena mencari makan jaman sekarang banyak manusia tingkah laku hewan.
@azzahrapramesti4906
Duhai ada.. duhai tiada.. duhai cinta.. ku percaya..#merinding
@laksanadafi5039
Duhai langit, Bumi, Alam raya,. kuserahkan ragaku padamu....