Tentang Rumahku
Dialog Dini Hari Lyrics


Jump to: Overall Meaning ↴  Line by Line Meaning ↴

Tentang rumahku
Di ujung bukit karang yang berbatu
Beranda rumahku
Tumbuh-tumbuhan liar tak tahu malu
Hm hm

Tentang rumahku
Berbagai macam musim telah kurengkuh
Jadi saksi bisu
Cerita mimpi indah di masa lalu

Yang terlahir
Dari sebuah gerbang waktu
Yang menjadi
Tembok kokoh mengitari rumahku

Adakah yang lebih indah dari semua ini
Rumah mungil dan cerita cinta yang megah
Bermandi cahaya di padang bintang
Aku bahagia

Tentang rumahku
Takkan goyah walau badai mengamuk
Seperti pohon jati
Akarnya tertancap di poros bumi

Sewindu merindu
Kembali pulang dengan sebongkah haru
Senyum menyambut
Bagai rindu kumbang pada bunga di taman

Adakah yang lebih indah dari semua ini
Rumah mungil dan cerita cinta yang megah
Bermandi cahaya di padang bintang
Aku bahagia
Aku bahagia





Cucuru
Cucuru

Overall Meaning

The song Tentang Rumahku by Dialog Dini Hari is a song that celebrates the beauty of home and the memories that come with it. The lyrics are about the singer's home, which is situated on the edge of a rocky hill. The porch of his house is adorned by wild plants that have no shame in growing. The singer nostalgically expresses that various seasons have come and gone, and his house has silently witnessed the beautiful dreams of the past. The home was born out of the gateway of time and became a sturdy wall that surrounds his abode.


Despite the harsh storms that may come, the singer proclaims that his home will remain steadfast like the teak tree whose roots are firmly planted into the earth's axis. The singer talks about how he longed to return home after years of absence, and the warm welcome he received felt like a long-awaited reunion. The song ends with the singer asking whether there is anything more beautiful than a humble home with grand love stories and a shining presence under the sparkling starlight, which makes him feel happy.


In conclusion, the song Tentang Rumahku is a reminder of how important it is to celebrate one's roots and to cherish the memories and beauty of the place we call home.


Line by Line Meaning

Tentang rumahku
This is a song about my home


Di ujung bukit karang yang berbatu
My home is at the edge of a rocky hill


Beranda rumahku
My home has a courtyard


Tumbuh-tumbuhan liar tak tahu malu
Wild plants grow shamelessly in my courtyard


Berbagai macam musim telah kurengkuh
I've experienced various seasons in my home


Jadi saksi bisu
My home has silently witnessed it all


Cerita mimpi indah di masa lalu
It holds memories of beautiful dreams from the past


Yang terlahir
My home was born


Dari sebuah gerbang waktu
From a gateway of time


Yang menjadi
Which became


Tembok kokoh mengitari rumahku
A sturdy wall surrounding my home


Adakah yang lebih indah dari semua ini
Is there anything more beautiful than this?


Rumah mungil dan cerita cinta yang megah
A small home with a grand love story


Bermandi cahaya di padang bintang
Bathing in starlight


Aku bahagia
I am happy


Takkan goyah walau badai mengamuk
My home won't falter even in the midst of a storm


Seperti pohon jati
Like a teak tree


Akarnya tertancap di poros bumi
Its roots firmly planted in the earth's axis


Sewindu merindu
Yearning for years


Kembali pulang dengan sebongkah haru
Returning home with a bundle of emotions


Senyum menyambut
A welcoming smile


Bagai rindu kumbang pada bunga di taman
Like a butterfly's longing for the flowers in the garden


Cucuru
Humming




Lyrics © O/B/O APRA AMCOS

Lyrics Licensed & Provided by LyricFind
To comment on or correct specific content, highlight it

Genre not found
Artist not found
Album not found
Song not found
Most interesting comments from YouTube:

Dionysius Damas Pradiptya

Lagu ini akan selalu nempel di hidup gue, lagu metafora memori tentang rumah masa kecil gue.
Ini adalah cerita nyata yang gue alamin sendiri:
Suatu pagi di awal triwulan terakhir tahun 2015, hari-hari terakhir di rumah masa kecil itu terasa sangat nyesek.
Hari itu adalah hari terakhir gue menempati rumah itu, setelah puluhan tahun keluarga gue hidup disitu. Kecuali kasur dan pesawat Teve, semua udah terangkut ke rumah baru nun jauh di timur sana. Sambil menerawang pelosok, tiap sudut, dan pojok-pojok rumah, gue berusaha menghapal letak-letak benda penghuni rumah yang selama puluhan tahun menghiasi dinamika keluarga gue. Bahkan letak pigura foto di tembok gue coba apalin, susunannya, isi piguranya, dan paku yang tersisa di tembok. Bekas goresan mebel dan kulkas di lantai yang menandai letaknya sebelum diangkut ke mobil bak. Letak Rak buku dan meja belajar/kerja gue hingga seluruh isi ruang makan.

Gue memaksa untuk tidur disitu sampai hari terakhir gue boleh tinggal disitu, meskipun isi rumah dan keluarga yang lain udah beberes rumah baru tapi gue coba untuk menikmati detik-detik terakhirnya. Diantara sejuta alasan kenapa orang harus pindah rumah, alasan kenapa keluarga gue memutuskan pindah ini bukanlah alasan yang paling menyenangkan bagi gue. Karena di rumah ini gue hidup besar, mendewasa, membangun mimpi, mencipta memori, & melihat betapa getirnya kehidupan berputar.

Sebelum gue beranjak melangkahkan kaki keluar dari rumah itu untuk terakhir kalinya untuk berangkat kerja, gue memutuskan untuk menyalakan teve untuk sekedar melihat berita dan menyalakan sebatang rokok terakhir. Keputusan yang sampe sekarang membuat gue percaya ga ada yang namanya kebetulan. Keputusan yang membuat gue selalu ingat gue punya memori rumah masa kecil yang bahagia, yang luar biasa, yang akan selalu gue bisa ceritakan terus ke orang-orang dan kalau mungkin ke anak cucu gue.
Karena seketika gambar dan suara di teve makin jelas, pas banget Dialog Dini Hari memulai intro lagu ini secara LIVE di acara NET pagi. Untuk pertama kalinya gue mendengar lagu ini di rumah itu, tetapi juga untuk yang terakhir kalinya juga gue mendengarkan lagu ini di rumah mungil itu.

Dan meskipun pada akhirnya gue masih bergelut dengan perasaan berkecamuk untuk keluar dari rumah itu, begitu lagu itu selesai, gue langsung matikan teve dan seluruh listrik rumah, gue kunci rumah itu sembari gue kunci pula kenangan akan rumah masa kecil gue. Mungkin ga akan ada yang tersisa lagi di rumah itu, tapi gue masih menyisakan ruang untuk kenangan rumah mungil dan cerita cinta yang megah.



Mata Baba

Tentang rumahku
Di ujung bukit karang yang berbatu
Beranda rumahku
Tumbuh-tumbuhan liar tak tahu malu

Tentang rumahku
Berbagai macam musim telah kurengkuh
Jadi saksi bisu
Cerita mimpi indah di masa lalu

Yang terlahir dari sebuah gerbang waktu
Yang menjadi tembok kokoh mengitari rumahku

Adakah yang lebih indah dari semua ini
Rumah mungil dan cerita cinta yang megah
Bermandi cahaya di padang bintang
Aku bahagia

Tentang rumahku
Takkan goyah walau badai mengamuk
Seperti pohon jati, akarnya tertancap
Di poros bumi

Sewindu merindu
Kembali pulang dengan sebongkah haru
Senyum menyambut
Bagai rindu kumbang pada bunga di taman



Dirham Rizaldi

Tentang rumahku
Di ujung bukit karang yang berbatu
Beranda rumahku
Tumbuh-tumbuhan liar tak tahu malu

Tentang rumahku
Berbagai macam musim telah kurengkuh
Jadi saksi bisu
Cerita mimpi indah di masa lalu

Yang terlahir
Dari sebuah gerbang waktu
Yang menjadi
Tembok kokoh mengitari rumahku

Adakah yang lebih indah dari semua ini
Rumah mungil dan cerita cinta yang megah
Bermandi cahaya di padang bintang
Aku bahagia

Tentang rumahku
Takkan goyah walau badai mengamuk
Seperti pohon jati
Akarnya tertancap di poros bumi



Vita Jayusman

Kembali mendengarkan lagu ini lagi saat pengumuman SK WFH 2020 di kantor ku berakhir, serasa sesak sekaligus bahagia .

Sesak karena tidak bisa lama-lama lagi dirumah utama kami, ini hal yang paling langka untuk berlama-lama di rumah setelah aku sudah lepas kuliah,
dan tentunya yang membuat isak tangis ku adalah meninggalkan ayah sendirian lagi.

Bahagia karena kembali bisa normal bekerja, kembali bertemu circle ku, mesku dengan banyaknya protokol yang tak biasa.

Ku pikir bercerita soal rumah, cerita ku yang paling sedih, sedih karena sejak kepergian ibu, ayah tidak pernah mau beranjak dari rumah ini, dan memilih sendirian, aku dan kakak kakak ku yang lain mencoba untuk mengajak ikut bersama kami, Ayah bersih keras disini, kami tak bisa memaksanya dan tidak bisa pula kami tinggal di rumah ini.

Ternyata setelah menikmati lagu ini dan banyak baca cerita di kolom komentar, banyaaak kisah sedih lainnya yang membuat ku mengisak tangis rasa syukur, sekaligus pembelajaran untuk ku bahwa rumah ternyata bukan tentang hanya tempat tinggal, tapi semua tentang potret kenangan dan juga semua memori indah yang terpaku paten dihati masing-masing pemilik jiwa disebuah tempat bernama "rumah ku"



All comments from YouTube:

Dionysius Damas Pradiptya

Lagu ini akan selalu nempel di hidup gue, lagu metafora memori tentang rumah masa kecil gue.
Ini adalah cerita nyata yang gue alamin sendiri:
Suatu pagi di awal triwulan terakhir tahun 2015, hari-hari terakhir di rumah masa kecil itu terasa sangat nyesek.
Hari itu adalah hari terakhir gue menempati rumah itu, setelah puluhan tahun keluarga gue hidup disitu. Kecuali kasur dan pesawat Teve, semua udah terangkut ke rumah baru nun jauh di timur sana. Sambil menerawang pelosok, tiap sudut, dan pojok-pojok rumah, gue berusaha menghapal letak-letak benda penghuni rumah yang selama puluhan tahun menghiasi dinamika keluarga gue. Bahkan letak pigura foto di tembok gue coba apalin, susunannya, isi piguranya, dan paku yang tersisa di tembok. Bekas goresan mebel dan kulkas di lantai yang menandai letaknya sebelum diangkut ke mobil bak. Letak Rak buku dan meja belajar/kerja gue hingga seluruh isi ruang makan.

Gue memaksa untuk tidur disitu sampai hari terakhir gue boleh tinggal disitu, meskipun isi rumah dan keluarga yang lain udah beberes rumah baru tapi gue coba untuk menikmati detik-detik terakhirnya. Diantara sejuta alasan kenapa orang harus pindah rumah, alasan kenapa keluarga gue memutuskan pindah ini bukanlah alasan yang paling menyenangkan bagi gue. Karena di rumah ini gue hidup besar, mendewasa, membangun mimpi, mencipta memori, & melihat betapa getirnya kehidupan berputar.

Sebelum gue beranjak melangkahkan kaki keluar dari rumah itu untuk terakhir kalinya untuk berangkat kerja, gue memutuskan untuk menyalakan teve untuk sekedar melihat berita dan menyalakan sebatang rokok terakhir. Keputusan yang sampe sekarang membuat gue percaya ga ada yang namanya kebetulan. Keputusan yang membuat gue selalu ingat gue punya memori rumah masa kecil yang bahagia, yang luar biasa, yang akan selalu gue bisa ceritakan terus ke orang-orang dan kalau mungkin ke anak cucu gue.
Karena seketika gambar dan suara di teve makin jelas, pas banget Dialog Dini Hari memulai intro lagu ini secara LIVE di acara NET pagi. Untuk pertama kalinya gue mendengar lagu ini di rumah itu, tetapi juga untuk yang terakhir kalinya juga gue mendengarkan lagu ini di rumah mungil itu.

Dan meskipun pada akhirnya gue masih bergelut dengan perasaan berkecamuk untuk keluar dari rumah itu, begitu lagu itu selesai, gue langsung matikan teve dan seluruh listrik rumah, gue kunci rumah itu sembari gue kunci pula kenangan akan rumah masa kecil gue. Mungkin ga akan ada yang tersisa lagi di rumah itu, tapi gue masih menyisakan ruang untuk kenangan rumah mungil dan cerita cinta yang megah.

Dialog Dini Hari

wow :)

GEDE EKO FRIMAYANA

Keren narasinya bro

Pratama Eros

TV-nya ditinggal di rumah lama Om?

Iqbal m

Dionysius Damas Pradiptya lo bikin gua merinding dengan cerita yg sama dengan apa yg gua rasain. thx bro sudah berbagi cerita. ini indah😭😭

Agus Mipta

Dionysius Damas Pradiptya mantap wak

35 More Replies...

Iem Dandi

Dari jaman SMA kelas 1 tahun 2014 sampe sekarang udah bertahun2 ngerantau tetep jadi lagu terFAVORIT 😊

Kamar Recording

kemana sja saya baru mendengar lagu ini, rumah menjadi tema yang indah dengan diksi dan keriangan nada. lagu ini mungkin tidak viral, tapi akan membekas kepada mereka yang bisa merasakanya.

Mata Baba

Tentang rumahku
Di ujung bukit karang yang berbatu
Beranda rumahku
Tumbuh-tumbuhan liar tak tahu malu

Tentang rumahku
Berbagai macam musim telah kurengkuh
Jadi saksi bisu
Cerita mimpi indah di masa lalu

Yang terlahir dari sebuah gerbang waktu
Yang menjadi tembok kokoh mengitari rumahku

Adakah yang lebih indah dari semua ini
Rumah mungil dan cerita cinta yang megah
Bermandi cahaya di padang bintang
Aku bahagia

Tentang rumahku
Takkan goyah walau badai mengamuk
Seperti pohon jati, akarnya tertancap
Di poros bumi

Sewindu merindu
Kembali pulang dengan sebongkah haru
Senyum menyambut
Bagai rindu kumbang pada bunga di taman

raihan anando

nice

More Comments

More Versions