Ujung Aspal Pondok Gede
Iwan Fals Lyrics


Jump to: Overall Meaning ↴  Line by Line Meaning ↴

di kamar ini aku dilahirkan
di bale bambu buah tangan bapakku
di rumah ini aku dibesarkan
dibelai mesra lentik jari ibuku
nama dusunku ujung aspal pondok gede
rimbun dan anggun
ramah senyum penghuni dusunku
kambing sembilan motor tiga
bapak punya
ladangnya luas habis sudah sebagai gantinya

sampai saat tanah moyangku
tersentuh sebuah rencana
demi serakahnya kota
terlihat murung wajah pribumi
terdengar langkah hewan bernyanyi

di depan masjid
samping rumah wakil pak lurah
tempat dulu kami bermain
mengisi cerahnya hari

namun sebentar lagi
angkuh tembok pabrik berdiri




satu persatu sahabat pergi
dan tak kan pernah kembali

Overall Meaning

The song "Ujung Aspal Pondok Gede" by Iwan Fals describes the singer's childhood memories of growing up in a village called Ujung Aspal Pondok Gede. He was born in a small room in a bamboo house that was built by his father. He was raised in this house, surrounded by the loving and caring presence of his mother's tender fingers caressing his head.


The village was a beautiful place, with lush greenery and friendly residents. The singer recalls his father owning nine goats and three motorcycles, while also remarking on the vast fields he used to own that have now been replaced by industrial factories due to the city's greed. The song takes on a more somber tone as the singer talks about the destruction of his village and the loss of his childhood friends. The once peaceful village now only echoes with the sound of industrial machines and the painful cries of the animals who have lost their habitats to the concrete jungle.


The lyrics of the song are a commentary on the destructive nature of industrialization and the permanent changes it brings to the natural world. The singer's memories of his childhood village reflect a time when life was simpler, people were happier, and nature was allowed to thrive. The song is a poignant reminder that progress must not come at the cost of human and animal well-being, and that we must preserve our forests, fields and rivers if we wish to protect our heritage.


Line by Line Meaning

di kamar ini aku dilahirkan
This is the room where I was born


di bale bambu buah tangan bapakku
My father built this house with bamboo


di rumah ini aku dibesarkan
I was raised in this house


dibelai mesra lentik jari ibuku
My mother always lovingly touched my hair


nama dusunku ujung aspal pondok gede
My village is called 'Ujung Aspal Pondok Gede' which is beautiful and peaceful


rimbun dan anggun
The place is full of beautiful greenery


ramah senyum penghuni dusunku
The people in my village are friendly and always smiling


kambing sembilan motor tiga
My father owned nine goats and three motorcycles


bapak punya
They belong to my father


ladangnya luas habis sudah sebagai gantinya
My father sold his land to buy the motorcycles


sampai saat tanah moyangku
Until now, my ancestral land


tersentuh sebuah rencana
Was affected by a plan


demi serakahnya kota
Driven by the greed of the city


terlihat murung wajah pribumi
The native people looked sad


terdengar langkah hewan bernyanyi
The sound of animals singing can be heard


di depan masjid
In front of the mosque


samping rumah wakil pak lurah
Next to the house of the village head


tempat dulu kami bermain
The place where we used to play


mengisi cerahnya hari
To fill our days with joy


namun sebentar lagi
But soon


angkuh tembok pabrik berdiri
A proud factory wall will stand


satu persatu sahabat pergi
One by one, my friends will leave


dan tak kan pernah kembali
And they will never come back




Contributed by Jonathan F. Suggest a correction in the comments below.
To comment on or correct specific content, highlight it

Genre not found
Artist not found
Album not found
Song not found
Most interesting comments from YouTube:

@billybagusgmacademy6350

lirik:

Di kamar ini, aku dilahirkan
Di balai bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini, aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari Ibu
Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun, ramah senyum penghuni dusun
Kambing sembilan, motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah s'bagai gantinya
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi
Di depan masjid, samping rumah wakil Pak Lurah
Tempat dulu kami bermain, mengisi cerahnya hari
Namun, sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu per satu sahabat pergi dan takkan pernah kembali
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi



@MVIKYA.M-nu4lw

Di kamar ini, aku dilahirkan
Di balai bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini, aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari Ibu
Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun, ramah senyum penghuni dusun
Kambing sembilan, motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah s'bagai gantinya
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi
Di depan masjid, samping rumah wakil Pak Lurah
Tempat dulu kami bermain, mengisi cerahnya hari
Namun, sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu per satu sahabat pergi dan takkan pernah kembali
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi



@CampursariID

RINGKASAN

LIRIK

DENGARKAN

ORANG LAIN JUGA MENELUSURI

1 dari 4

2 dari 4

Di kamar ini aku dilahirkan
Di balai bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari ibu

Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun

Kambing sembilan motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya

Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi

Di depan masjid samping rumah wakil pak lurah
Tempat dulu kami bermain mengisi cerahnya hari
Namun sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu per satu sahabat pergi dan takkan pernah kembali

Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi



All comments from YouTube:

@billybagusgmacademy6350

lirik:

Di kamar ini, aku dilahirkan
Di balai bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini, aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari Ibu
Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun, ramah senyum penghuni dusun
Kambing sembilan, motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah s'bagai gantinya
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi
Di depan masjid, samping rumah wakil Pak Lurah
Tempat dulu kami bermain, mengisi cerahnya hari
Namun, sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu per satu sahabat pergi dan takkan pernah kembali
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi

@rangga_bayuu2943

Ga sesuai

@boobo851

@Rangga_ Bayuu294 bacod

@jonhsonexecuteofficial7313

@Rangga_ Bayuu294. Matamu

@hasyimkicux1920

@JONHSON EXECUTE OFFICIAL santai bang santai wkwkwkk

@Clown-99

Thanks

10 More Replies...

@UBREntertainment

terima kasih om iwan, telah mewakili kegundahan kami masyarakat menengah kebawah.. menyuarakan banyak hal lewat karya2 indahmu

@MVIKYA.M-nu4lw

Di kamar ini, aku dilahirkan
Di balai bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini, aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari Ibu
Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun, ramah senyum penghuni dusun
Kambing sembilan, motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah s'bagai gantinya
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi
Di depan masjid, samping rumah wakil Pak Lurah
Tempat dulu kami bermain, mengisi cerahnya hari
Namun, sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu per satu sahabat pergi dan takkan pernah kembali
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi

@adenoviyantopratama1033

Lagu ini real story, kenapa bisa dibilang gitu ? Karena di mana saat ini Ujung Aspal Pondok Gede terbilang sudah cukup padat, tanah kosong sedikit dijadikan perumahan, sawah semakin hilang, setiap hari macetnya minta ampun. Gue merasa bangga karena kampung halaman dijadikan sebuah masterpiece oleh legenda hidup Om Iwan Fals, gue kangen dengan Ujung Aspal Pondok Gede pada dibawah tahun 2010an di mana kali dan sawah dijadikan untuk teman bermain. Sehat selalu Om Iwan Fals❀️

@sidun83

Best of the best iwan fals hebat di segala bidang,musisi pencipta lagu,guru besar karate,Rumah tangganya harmonis romantis hingga sampe saat ini jauh dari gosip miring pokoknya bang iwan fals luar biasa ga ada duanya...

More Comments

More Versions